Minggu, 14 Desember 2014

Unit Cost dan Analisis Break Event Point

Pengertian Unit Cost
Menurut Hansen dan Mowen (2005):
Unit cost adalah sebagai hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.
Unit cost adalah biaya per unit produk, yang secara sistematis dapat didefinisikan sebagai nilai pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.
Manfaat dari unit cost adalah:
  • Membantu manajemen dalam menilai dan meninjau positioning biaya terhadap suatu biaya yang dikeluarkan di masa depan.
  • Memberi masukan atau acuan dalam mengusulkan tariff baru berdasarkan perhitungan biaya perunit.


Pengertian Break Event Point
Break Event Point adalah titik impas dimana keadaan jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan atau kegiatan. Dan dapat menganilisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapat keuntungan atau profit.
Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total biaya). 

Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.

5). Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.


Break event point sangat penting kalau kita membuat suatu usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur diantara manfaatnya adalah
a) Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
b) Memberikan informasi mengenai berbagai kegiatan atau tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
c) Mengevaluasi laba dari perusahaan atau organisasi secara keseluruhan.
d) Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti oleh orang yang melihat dan membaca nya.
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya Break event point (BEP) dalam usaha yang kita rintis, komponen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.
Salah satu kelemahan dari Break Event Point (BEP) yang lain adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produksi jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditentukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Break Event Point (BEP) memerlukan komponen penghitungan dasar yaitu:
  1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yiatu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin.
  2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku dan biaya listrik.
  3. Selling price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

Rumus yang digunakan untuk menganalisis BEP ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
1. Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang atau jasa yang harus dihasilkan untuk mendapatkan titik impas : BEP = FC/ (P-VC)

2. Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas : FC/ ( 1- (VC/P)) *penghitungan (1- (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit
Contoh:
Total biaya tetap senilai Rp. 100 juta
Total biaya variabel per unit senilai Rp. 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp. 80 ribu

Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ ( 80.000 – 60.000)
BEP = Rp 5000

Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp. 400.000.000

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba)/ (P – VC)
Menghitung target laba ini, FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar RP 80 juta per bulan.

BEP – Laba = (FC + target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = ( 100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit
BEP – Laba = Rp. 720 juta ( 9.000 unit x Rp. 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan perusahaan akan mendapatkan laba sebesar Rp. 720 juta.

Pengertian Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dapat berubah selama periode tertentu, tetapi dapat berubah secara total dengan kondisi perubahan yang besar dari sebuah aktivitas atau volume. Biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun kegiatan bisnis meningkat atau menurun. Meskipun bebrapa jenis biaya tampak tetap, namun dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Jika semua kegitan menurun sampai nol dan tidak ada prospek bagi kegiatan tersebut untuk meningkat, perusahaan akan melakukan likuidasi dengan demikian perusahaan menghindari semua biaya. Jika kegiatan diharapkan meningkat samapi melebihi kapasitas yang ada saat ini, biaya tetap harus ditingkatkan untuk mengimbangi kelebihan volume tersebut.
 Apabila manjemen mengharapkan permintaan atas produk perusahaan akan meningkat samapi melebihi kapasitas dari fasilitas fasilitas produk saat ini, maka manajemen harus mengupayakan tambahan pabrik dan peralatan, tenaga kerja dan mungkin penyelia untuk dapat memproduksi barang sampai tingkat tertentu yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. Akibatnya, perusahaan akan mengalami peningkatan biaya overhead pabrik yang tetap.
Untuk itu, jenis pengeluaran tertentu harus digolongkan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang kegiatan yang terbatas. Rentang kegiatan yang terbatas ini disebut dengan rentang yang releva. Total biaya tetap akan berubah diluar rentang kegiatan yang relevan. Perubahan biaya tetap pada tingkat kegiatan yang berbeda dan rentang yang relevan.
Beberapa pengeluaran mendapatkan karakteristik sebagi biaya tetap berdasarkan kebijakan manajemen. Misalnya, besarnya pengeluaran iklan dan jumlah kontribusi anam ditentukan oleh manajemen dan biaya – biaya tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan penjualan atau kegiatan produksi. Biaya-biaya tersebut kadang-kadang disebut beban tetap yang diprogramkan. Pengeluaran yang memerlukan serangkaian pembayaran selama periode waktu yang panjang sering disebut beban tetap terikat. Contohnya bunga atas hutang jangka panjang dan biaya sewa atas perjanjian leasing jangka panjang.
Contohnya adalah pajak. Dimana pembayaran pajak selalu di keluarkan secara rutin setiap tahunnya dalam jumlah yang sama. total uang kuliah yang harus dibayarkan setiap semester. Dalam komposisi pembayaran uang kuliah, SPP merupakan biaya tetap karena jumlah yang akan kita bayarkan tidak berubah meskipun kita berada di semester 1 ataupun di semester 10.

Biaya Variabel
Biaya variabel adalah jenis biaya yang dapat difungsikan untuk melengkapi biaya tetap dan bersifat dinamis. Ia mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksinya ataupun banyaknya aktiftas yang dilakukan. Pada biaya ini, jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas berjumlah tetap sedangkan untuk biaya secara total jumlahnya akan menyesuaikan dengan banyaknya jumlah unit yang akan diproduksi ataupun jumlah aktivitas yang dilakukan.
Biaya variabel meningkat secara proporsional dengan peningkatan kegiatan dan menurunnya secara proporsional dengan penurunan kegiatan. Biaya variabel ini meliputi biaya bahan langsung, pekerja langsung, bahan penolong tertentu, pekerja tidak langsung tertentu, biaya karena perkakas yang mudah rusak, biaya pengerjaan ulang, dan biaya karena kerusakan yang normal. Biasaya biaya variabel dapat secara langsung diidentifikasi dengan kegiatan yang mengakibatkan adanya biaya tersebut.
Hubungan antara kegiatan bisnis dan biaya variabel yang ditimbulkannya biasanya dianggap seakan-akan bersifat linear yaitu total biaya variabel dianggap meningkat dalam jumlah yang konstan untuk peningkatan setiap unit kegiatan. Namun, hubungan yang seharusnya sangat jarang bersifat linear secara semourna pada seluruh rentang kegiatan yang mungkin, keefesienan produksi biasanya menurun pada saat beban kerja lebih ringan daripada yang normal dan pada keadaan yang eksterm pada saat tenaga kerja dan mesin-mesin digunakan sampai pada batas kapasitas.
Pada saat volume kegiatan meningkat sampai ke tingkat tertentu, barangkali manajemen akan menambah mesin produksi yang baru dan lebih efisien atau mengganti mesin-mesin yang ada sekarang dengan mesin-mesin yang lebih produktif. Akibatnya, biaya kegiatan per unit akan berbeda-beda pada berbagai tingkat kegiatan. Dalam rentang kegiatan tertentu, rentang yang relevan, hubungan antara kegiatan dan biaya variabelnya kurang lebih bersifat linear. 
Tariff biaya variabel yang konstan merupakan perkiraan dari hubungan antara biaya  variabel dan kegiatan yang berkaitan dengannya dalam rentang yang relevan. Untuk merencanakan dan mengendalikan biaya variabel dengan efektif, keadaan yang memungkinkan terjadinya peningkatan biaya harus sering ditinjau untuk memastikan apakah biaya variabel per unit kegiatan telah berubah , pada saat keadaan berubah atau tingkat kegiatan berada di luar rentang yang relevan harus membuat tariff biaya variabel yang baru.
Contoh : biaya sks yang merupakan biaya variabel, yang besar jumlahnya tergantung pada jumlah sks yang kita ambil x biaya per sks yang telah ditetapkan.

Menghitung Unit Cost
Diketahui bahwa perusahaan ABC bergerak dibidang garment, dimana setiap bulannya biaya total cost adalah 50 juta dan perusahaan juga memiliki biaya output yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi biaya total output yang dikeluarkan perusahaan adalah 25 juta. Bagaimanakah cara penghitungan unit cost pada perusahaan ABC tersebut?
Jawaban :
Diketahui: biaya total cost : 50 juta
                  Biaya total output : 25 juta
Ditanya : unit cost?
Jawaban: unit cost = TC / TO
                               = 50.000.000 / 25.000.000
                               = 25.000.000

Menghitung Break Event Point
Diketahui bahwa perusahaan XYZ bergerak di bidang garment, dimana setiap bulan biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut adalah 50  juta dan untuk biaya variabel per unit barang di perusahaan tersebut adalah 4  juta dan harga jual per unit barangnya adalah 5  juta. Dan kapasitas produksi maksimal 1 juta.
Bagaimanakah cara perhitungan break even point dari perusahaan tersebut?
Jawaban :

BEP (Q) = FC/ P – V
        = 50.000.000 / 5.000.000 - 4.000.000
              = 50 unit
Atau
P – V = contribution margin = 5.000.000 – 4.000.000 = 1.000.000
BEP (Q) = FC / Contribution margin
              = 50.000.000 / 1.000.000
       = 50 unit

BEP (P) berdasarkan harga penjualan rupiah
   = FC / 1 – TVC / S
KET
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q = 5.000.000 x 1.000.000 = 5.000.000
Total variabel cost (TVC) = VC x Q = 4.000.000 x 1.000.000 = 4.000.000

BEP (Rp) = FC / (1 – (TVC /S))
                = 50.000.000 / (1 – (4.000.000 / 5.000.000))
                = 250.000.000
BEP (Q) = BEP (RP) / P
              = 250.000.000 / 5.000.000
       = 50
Contribution margin ratio atau contribution to fixed cost =
1 – 4.000.000 / 5.000.000 = 0,2
Setiap perubahan penjualan akan menyebabkan setiap perubah fixed cost 0,6 atau 60%.

Peranan unit Cost dan analisis break event dalam keuangan pendidikan. 
Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per muridtahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah ( Fattah, 2000:27). Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi peneglolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalamnya implementasi manajamen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencankaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan sumber dana ini merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan baguan yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan.
Jenis-jenis biaya pendidikan ini ditanggung oleh orang tua siswa baik yang langsung dibayarkan kepada sekolah maupun yang dibelanjakan sendiri oleh siswa sangat perlu untuk diketahui oleh pengelola sekolah. Hal ini penting untuk diketahui dalam rangka menentukan kebijakan yang lebih operasioanl tentang pembiayaan pendidikan pada tingkat sekolah. Apabila jumlah pengeluaran siswa untuk masing-masing komponen dapat diketahui, maka dalam rangka mengurangi beban keluarga miskin pemerintah dapat menetapkan komponen-komponen tersebut yang dapat disubsidi dan untuk berapa banyak subsidi tersebut dapat diberikan. (Supriado, 2003:125). Manfaat dengan diadakan ini agar sekolah dapat mengetahui pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa baik yang langsung maupun yang tidak langsung dibayarkan kepada sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Biaya pendidikan yang selalu naik, dengan perhitungan pembiayaan dalam satuan Unit Cost = biaya. Tinjauan unit cost ini data bermacam-macam menurut luasnya faktor yang diperhitungkan. Unit cost lengkap adalah perhitungan unit cost berdasarkan fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaran pendidikan seperti gedung, halaman sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat dihitung secara keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum yang ekstra kurikuler.
Adapun tariff UKT berada disetiap prodi karena disesuaikan dengan kebutuhan prodi masing-masing. Dalam hal ini pihak universitas menyerahkan sepenuhnya kepada prodi dalam hal penentuan tarif UKT dengan alasan pihak prodi lah yang lebih mengetahui kebutuahan mahasiswa. Jika suatu prodi memiliki jumlah praktikum yang banyak maka tariff UKT pun lebih tinggi karena biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum, sebaliknya apabila prodi tidak memiliki praktikum maka tariff UKT lebih murah.
Penentuan tariff UKT telah melalui proses perhitungan yang matang. Semua angka biaya sudah melalui proses audit. Penentuan tariff UKT diawali dengan menghitung unit cost. Penghitungan unit cist berlaku sama di setiap perguruan tinggi. Yang mendapatkan Bantuan Operasioanal Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) bukanlah dana yang dijadikan pemasukan (input) tetapi justru dijadikan sebagai pengurangan.Jadi, UKT diperoleh dari unit cost yang dikurangi pembiayaan pemerintah dan BOPTN.
Unit Cost = biaya langsung + biaya tidak lansung
UKT = Unit Cost – pembiayaan dari pemerintah – BOPTN
Unit cost setengah lengkap adalah cara memperhitungkan biaya kebutuhan bahan dan alat yang berangsur-angsur  habis walaupun jangka waktu yang berbeda. Kapur tulis misalnya tidak seimbang jangka waktu habisnya jika dibandingkan dengan meja dan kursi yang dipakai siswa. Dalam perhitungan ini unit cost setengah lengkap ini masih dipersoalkan kedudukan biaya personil dan barang-barang yang secara tidak langsung berhubungan dengan siswa.
Unit cost sempit adalah unit cost yang diperlukan hanya untuk memperhitungkan biaya langsung berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar menyangkut buku, alat pelajaran dan alat peraga. Dengan memperhitungkan unit cost ini maka dapat diketahui manakah diantara bidang-bidang pelajaran yang diberikan di sekolah yang paling mahal unit costnya.

Jumat, 05 Desember 2014

Penjualan Jasa Pendidikan

Pengertian Harga Pokok Penjualan
Kegiatan perusahaan dagang adalah menjual barang-barang yang sebelumnya dibeli. Nilai penjualan yang diterima dicatat sebagai Penjualan, sedangkan nilai beli yang dikeluarkan untuk barang yang dijual dicatat sebagai Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold).

Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan salah satu unsur atau elemen dari laporan laba-rugi suatu perusahaan dagang yang menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau riset dan pengembangan.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan, hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah unsur-unsur yang membentuk HPP. Unsur-unsur yang membentuk Harga Pokok Penjualan antara lain persediaan awal, persediaan ahir, dan pembelian bersih barang dagangan.
Secara lebih detail tentang unsur-unsur tersebut simaklah pembahasan berikut ini:
a.    Persediaan awal Barang dagangan (initial inventory)
Persediaan awal barang dagangan merupakan persediaan barang dagangan yang tersedia pada awal suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan atau laporan neraca tahun sebelumnya.
b.    Persediaan ahir barang dagangan (end inventory)
Persediaan ahir barang dagangan merupakan persediaan barang-barang pada ahir suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan ahir perusahaan akan diketahui dari data penyesuaian perusahaan pada ahir periode.
c.    Pembelian bersih
Pembelian bersih merupakan seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukan perusahaan baik pembelian barang dagangan secara tunai maupun pembelian barang dagangan secara kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian tersebut serta dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian yang terjadi.
In the income statement presentation, the cost of goods sold is subtracted from revenues to arrive at the gross margin of a business.
(Dalam presentasi laporan laba rugi, harga pokok penjualan dikurangi dari pendapatan untuk sampai pada marjin kotor dari bisnis.)
In a periodic inventory system, the cost of goods sold is calculated as beginning inventory + purchases - ending inventory. The assumption is that the result, which represents costs no longer located in the warehouse, must be related to goods that were sold. Actually, this cost derivation also includes inventory that was scrapped, or declared obsolete and removed from stock, or inventory that was stolen. Thus, the calculation tends to assign too many expenses to goods that were sold, and which were actually costs that relate more to the current period.
(Dalam sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan dihitung sebagai persediaan awal + pembelian - persediaan akhir. Asumsinya adalah bahwa hasil, yang mewakili biaya tidak lagi terletak di gudang, harus terkait dengan barang yang dijual. Sebenarnya, biaya derivasi ini juga mencakup persediaan yang dibatalkan, atau dianggap usang dan dihapus dari saham, atau persediaan yang dicuri. Dengan demikian, perhitungan cenderung menetapkan terlalu banyak biaya untuk barang yang dijual, dan yang benar-benar biaya yang lebih berhubungan dengan periode berjalan.)
In a perpetual inventory system, the cost of goods sold is continually compiled over time as goods are sold to customers. This approach involves the recordation of a large number of separate transactions, such as for sales, scrap, obsolescence, and so forth. If cycle counting is used to maintain high levels of record accuracy, this approach tends to yield a higher degree of accuracy than a cost of goods sold calculation under the periodic inventory system.
(Dalam sistem persediaan perpetual, harga pokok penjualan terus disusun dari waktu ke waktu sebagai barang yang dijual kepada pelanggan. Pendekatan ini melibatkan pencatatan dari sejumlah besar transaksi yang terpisah, seperti untuk penjualan, memo, usang, dan sebagainya. Jika perhitungan siklus digunakan untuk mempertahankan tingkat akurasi yang tinggi catatan, pendekatan ini cenderung menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perhitungan di bawah sistem persediaan periodic)
The cost of goods sold can also be impacted by the type of costing methodology used to derive the cost of ending inventory. Consider the impact of the following two inventory costing methods:
(Harga pokok penjualan juga dapat dipengaruhi oleh jenis biaya metodologi yang digunakan untuk menurunkan biaya persediaan akhir. Mempertimbangkan dampak dari dua metode persediaan biaya berikut)
First in, first out method. Under this method, known as FIFO, the first unit added to inventory is assumed to be the first one used. Thus, in an inflationary environment where prices are increasing, this tends to result in lower-cost goods being charged to the cost of goods sold.
(Pertama, keluar pertama metode. Dengan metode ini, dikenal sebagai FIFO, unit pertama yang ditambahkan ke persediaan diasumsikan menjadi yang pertama digunakan. Dengan demikian, dalam lingkungan inflasi di mana harga meningkat, ini cenderung menghasilkan barang dengan biaya lebih rendah yang dibebankan ke harga pokok penjualan)
Last in, first out method. Under this method, known as LIFO, the last unit added to inventory is assumed to be the first one used. Thus, in an inflationary environment where prices are increasing, this tends to result in higher-cost goods being charged to the cost of goods sold.
(Terakhir, keluar pertama metode. Dengan metode ini, dikenal sebagai LIFO, unit terakhir ditambah persediaan diasumsikan menjadi yang pertama digunakan. Dengan demikian, dalam lingkungan inflasi di mana harga meningkat, ini cenderung menghasilkan barang-biaya yang lebih tinggi yang dibebankan pada harga pokok penjualan.)
The cost of goods sold can be fraudulently altered by a number of means in order to change reported profit levels, such as:
·         Altering the bill of materials and/or labor routing records in a standard costing system
·         Incorrectly counting the quantity of inventory on hand
·         Performing an incorrect period-end cutoff
·         Allocating more overhead than actually exists to inventory
(Harga pokok penjualan dapat curang diubah oleh sejumlah sarana untuk mengubah tingkat keuntungan yang dilaporkan, seperti:
·         Mengubah bill of material dan / atau catatan routing yang kerja dalam sistem biaya standar
·         Salah menghitung jumlah persediaan di tangan
·         Melakukan salah akhir periode cutoff
·         Mengalokasikan lebih overhead daripada benar-benar ada untuk persediaan)


Ø  Rumus Perhitungan Harga pokok penjualan
Persediaan barang dagang pada awal periode
+
Pembelian bersih selama periode
=
Persediaan barang dagang pada akhir periode
=
Harga Pokok Penjualan


 
 







atau
Harga Pokok Penjualan :
Barang tersedia untuk di jual (BTUD) – Persediaan akhir
 
 




Keterangan:
·         BTUD                       = Persediaan barang dagangan awal + Pembelian bersih
·         Pembelian bersih     = (Pembelian + biaya angkut pembelian ) –
                                    (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)





Apabila ditampakan dalam bentuk bagan akan terlihat sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal barang dagang                                                               Rp xxxx
Pembelian                                            Rp. xxxx
Beban Angkut Pembelian                    Rp. xxxx    +
Jumlah                                                                         Rp. xxxx
Retur Pembelian                                  Rp. xxxx
Potongan Pembelian                           Rp. xxxx     +
Jumlah                                                                         Rp. xxxx    -
Jumlah pembelian bersih                                                                           Rp. xxxx    +
Barang tersedia untuk di jual (BTUD)                                                        Rp. xxxx
Persediaan akhir barang dagang                                                              Rp. xxxx    -
Harga Pokok Penjualan                                                                             Rp. xxxx

Note  :
Rumus HPP diatas bersifat fleksibel, maksudnya apabila dalam perusahaan Unsur-unsur HPP tidak lengkap seperti pada Rumus, misalnya tidak terdapat retur pembelian, atau tidak terdapat potongan pembelian atau tidak terdapat biaya angkut pembelian dan sebaginya, maka perhitungan HPP tetap dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan unsur tersebut dalam perhitungan.
Contoh perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) :
Dalam neraca saldo sebagian perusahaan Ceria terdapat data seperti nampak dibawah ini

PD. CERIA
Neraca Saldo Sebagian
Per 17 November 2013
No. Akun
Nama Akun
Debit
Kredit
115
Persediaan barang dagang
Rp. 7.500.000

511
Pembelian
Rp. 24. 950.000

512
Potongan Pembelian

Rp. 276.000
513
Retur Pembelian

Rp. 1.350.000

Dari data tersebut terlihat saldo unsur-unsur HPP yaitu Persediaan awal pada neraca saldo sebagian dan persediaan ahir pada data penyesuaian, serta elemen pembelian bersih pada neraca saldo sebagian seperti pembelian, retur pembelian dan potongan pembelian. Meskipun dalam data tersebut tidak terdapat biaya angkut pembelian, namun proses perhitungan HPP dapat dilakukan sebgai mana mestinya. Berikut ini proses perhitungannya:
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Barang tersedia untuk di jual (BTUD) – Persediaan akhir
 
 


Hpp = {(Persediaan awal)+(pembelian bersih)- (Persediaan ahir)}
HPP = {(Persediaan awal) + (Pembelian - retur pembelian - potongan pembelian)-
            (Persediaan ahir)}
HPP = {(7.500.000) + (24.950.000 - 276.000- 1.350.000) - (7.900.000)}
HPP = {7.500.000 + 23.324.000 - 7.900.000}
HPP = Rp 22.924.000.

A.   Proyeksi Penjualan
Apa itu Proyeksi Penjualan?
·         Proyeksi penjualan dilakukan berdasarkan data dan fakta, baik dari bisnis kita maupun dari kondisi global lainnya
·         Proyeksi atau perkiraan jumlah penjualan produk pada masa yang akan datang merupakan bagian kegiatan menyusun rencana penjualan.
·         Penyusunan rencana penjualan pada tahun mendatang disebut sales forecasting sedangkan jumlah penjualan produk yang direncanakan disebut sales forecast
·         Proyeksi jumlah penjualan merupakan tumpuan rencana strategis. Proyeksi penjualan merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai kegiatan manajemen.
·         Proyeksi penjualan merupakan bahan masukan untuk menyusun jadwal produksi dan proyeksi penjualan digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk mengevaluasi jumlah, sarana produksi, anggaran penjualan dan kualifikasi tim penjualan apakah sudah cukup memadai.

Prosedur penyusunan jumlah proyeksi jumlah penjualan menurut Douglas J. Dalrymple, adalah:
·         Memperkirakan potensi permintaan pasar (estimating market potential).
·         Memilih metode proyeksi yang akan dipergunakan (selecting forecasting methods).
·         Menyusun proyeksi jumlah penjualan (set up sales forecast)

Ø  Pertimbangan proyeksi penjualan
Membuat proyeksi penjualan tidak luput dari beberapa pertimbangan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam membuat proyeksi penjualan, yaitu:
a.    Faktor Internal, yaitu:
1.    Modal yang harus dimiliki,
2.    Kapasitas produksi,
3.    Kemungkinan investasi,
4.    Sumber daya manusia dll.

b.    Faktor eksternal, yaitu:
1.    Keadaan pasar,
2.    Posisi perusahaan dalam pasar tersebut,
3.    Persaingan,
4.    Tingkat pertumbuhan penduduk,
5.    Kebiasaaan di masyarakat dl
Sumber data utama untuk menyusun proyeksi penjualan, yaitu:
·         Sumber data internal perusahaan, meliputi: data jumlah penjualan masa lampau, data jumlah penjualan tiap daerah pemasaran, data jumlah penjualan bulanan atau tahunan, data jumlah penjualan tiap kelompok jalur distribusi, data jumlah penjualan bahan baku dan barang jadi, dan strategi pemasaran di masa yang akan datang.
·         Sumber data eksternal perusahaan, meliputi semua faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Dalam proyeksi penjualan terdapat strategi penjualan yang berbeda dari strategi pemasaran, penjualan merupakan rangkaian penutup dari kegiatan pemasaran. Strategi penjualan meliputi:
1.    Closing prospek.
2.    Penggajian tenaga penjualan
3.    Optimalisasi proses pemesanan
4.    Strategi harga, pengiriman dan kondisi lainnya
5.    Bagaimana menjual pada segmen pasar tertentu

Minggu, 30 November 2014

Capital Budgeting

Konsep Capital Budgeting

Capital Budgeting termasuk keputusan investasi, yaitu keputusan investasi pada aktiva tetap (tanah, bangunan, pealatan) untuk komitmen jangka panjang atau merupakan seluruh proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana (investasi), dimana jangka waktu pengembalian dana tersebut lebih dari satu tahun.




Langkah-langkah Capital Budgeting
1.      Biaya proyek harus ditentukan
2.      Manajemen harus memperkirakan aliran kas yang diharapkan dari proyek
3.      Risiko dari aliran kas proyek harus diesimasi (memaksimalkan distribusi probalitas aliran kas)
4.      Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of capital) yang tepat untuk mendiskon kas aliran proyek
5.      Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva
6.      Nilai sekrang dari aliran kas yang diharapkan dibandingakan dengan biayanya

Bentuk-Bentuk (Motiv-Motiv) Investasi
1.      Penggantian untuk kelanggengan usaha atau penurunan biaya
2.      Ekspansi atas prosuk atau pasar yang telah ada
3.      Ekspansi atas produk yang baru
4.      Proyek pengamanan dan/atau lingkungan.

Penilaian investasi dalam konteks capital budgeting akan menggunakan beberapa alat analisis baik bersifat sederhana hingga yang bersifat kompleks.sebeum menggunakan model-model tersebut. beberapa hal perlu dipahami antara lain konsep nilai waktu uang (time value of money), discount factor, compound factour.

Jenis Proyek Investasi
1.      Independence
2.      Mutually Exclusive

Pendekatan dalam pengambilan Keputusan
1.      Pendekatan Terima-Tolak. Digunakan jika sumber dana perusahaan tidak terbatas atau sebagai filter awal atas usulan investasi. Perusahaan menetapkan stansar minimum penerimaan usulan investasi.
2.      Pendekatan peringkat. Tepat digunakan unutk proyek mutually exclusive atau situasi Rasionalisasu Modal.

  
Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow atau proceeds adalah pendapatan setelah pajak (earning after tax/EAT) ditambah dengan penyusutan atau depresiasi aktiva tetap yang dapat dituliskan dalam samaan berikut ini.
Proceed= laba setelah pajak (EAT) + Penyusutan

Cash flow dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:
1.      Conventional Cas Flow
Pola aliran kas yang konvensional menunjukan suatu initial cash outflow yang diikuti dengan suatu seri cash flow secara berlanjut.
2.      Non Conventional Cas Flow
Dibandingkan dengan pola kas konvensional, pada pola non konvensional, investor akan mendapatkan beberapa kemungkinan pola aliran ka, baik yang bersifat cash inflow ataupun cash outflow. Misalnya dari serangkaian aliran kas, pada tahun tertentu terjadi pengeluran untuk perbaikan mesin, yang membutuhkan capital expenditure.
Pada pola aliran konvensional, setalah pengeluaran awal, investor akan mendapat suatu cash inflow, namun tidak ada aliran kas yang bersifat cash outflow.

Komponen Utama Aliran Kas
1.      Investasi awal
2.      Aliran kas masuk operasi
3.      Aliran kas terminal

Perbedaan pengertian keuntungan akuntansi dan cash flow (Aliran/Arus Kas)
Keuntungan akuntansi yang dimaksudkan disini adalah laporan bukuan laba bersih dari hasil operasi/non operasi seteah dikurangi pengeluaran pajak. Penilaian investasi berdasarkan pada aliran kas dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku semata. Untuk keperluan tersebut, kita perhitungkan pengeluaran yang bersifat tunai. Sbab, dalam perhitungan laba atas dasar pembukuan, kita telah mengurangkan pengeluaran-pengeluaran non tunai seperti penyusutan maupun amortisasi. Dengan demikian, kita harus benar-benar menghitung kembali berapa aliran uang tunai-baik yang masuk maupun yang keluar perusahaan yang dihasilkan/dibutuhkan untuk keperluan investasi tersebut.

Aliran kas untuk tujuan penganggaran modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan. Secara aljabar, definisi tersebut dapat diuraikan sebagai:

Aliran (Arus) Kas = ∆ EBIT – T (∆ EBIT) + ∆ Depresiasi
                               = (1 – T) ∆ EBIT + ∆ Depresiasi
                               = ∆ EAT + (1- T)  ∆ I + ∆ Depresiasi

Dengan
EBIT          : Earning Before Interest & Takes (Laba Sebelum Bunga & Pajak)
EBIT          : TR – TVC – TFC
EAT            : Earning After Tax (Laba Bersih setelah bunga & Pajak)
TR              : Total Revenue/Penjualan
TVC           : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
TFC            : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost); termasuk biaya depresiasi
T                 : Tingkat pajak yang berlaku bagi perusahaan
I                  : Perubahan Beban Bunga


Pada kasus investasi yang dibiayai seluruhnya oleh modal sendiri, atau dengan perkataan lain investasi tersebut tidak dibiayai oleh uang, maka formulasi di ats dapat dituliskan kembali menjadi:
Aliran Kas = ∆ EAT + Depresiasi
Karena dalam hal ini ∆I = 0
Setiap usulan pengeluaran modal (Capital Expenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas, yaitu:
1.      Aliran kas keluar netto (Net Cash Flow), yaitu aliran uang tunai yang dibutuhkan untuk investasi baru.
2.      Aliran kas masuk netto (Net Cash Inflow), yaitu aliran uang tunai masuk sebagai hasil dari investasi baru dan sering pula disebut net cash proceeds/proceeds.

Metode Payback Period
Payback Period atau periode pengambilan investasi adalah suatu periode aau jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi menggunakan aliran kas neto atau proceed. Seperti halnya motoe ARR, metode ini juga mengabaikan nilai dan waktu uang. Perhitungan dilakukan dengan cara menulis formula atau rumus.
Misalnya, investasi sebesar 50, sedangkan proceed selama 4 tahun masing-masing sebesar 20. Proceed tahun pertama belum mampu menutup investsai dan masih tersisa 30 (20-50), proceed tahun kedua juga belum mampu menutup investasi dan masih tersisa 10 (20-30). Proceed tahun ketiga sudah mampu menutupi investasi dan memiliki kelebihan 10 (20-30), karena kelebihan, jangka waktu pengembalian investasi adalah 2,5 tahu.
Layak tidaknya suatu investasi dilakukan dengan membandingkan periode waktu maksimun yang ditetapkan dengan hasil hitungan. Jika hasil perhitungan menunjukan jangka waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu maksimum yang ditetapkan, investasi dinyatakan layak. Sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukan jangka waktu yang lebih lama dari yang disyaratkan, investasi sebaiknya ditolak.

Metode Internal Rate of Run
Metode Internal Rate of Run (IRR) dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjdaikan jumlah nila sekrang dari proceed yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). Perhitungan secara manual dilakukan dengan metode trial and error atau dengan mencoba pada berbagai tingkat suku bunga dengan bantuan table NPV.

Metode Modified Internal Rate of Run
Metode Modified Internal Rate of Run (MIRR) merupakan modifikasi dari metode IRR. MIRR memperhitungkan tingkat biaya yang dipinjam untuk suatu investasi dan mengasumsikan menanam kembali uang yang dihasilkan. Asumsinya, transaksi terjadi di akhir peride dan pengembalian tingkat bunga ekivalen sepanjang periode tersebut.

Metode Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) merupakan salah satu metode perhitungan kelayakan investasi yang banyak digunakan karena mempertimbangkan nilai waktu uang. NPV menghitung selisih antara nilai investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih. Jika hasil perhitngan menunjukan angka positif, usulan investasi seaiknya ditolak. Penilaian kelayakan investasi dengan metode ini digunakan sebagai alat bantu dalam penilaian investasi dengan Metode Profitability Index.




Metode Profitability Index
Metode Profitability Index (PI) atau disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk dimasa mendatang dengan nilai investasi.

Perbandingan NPV dan IRR
Apabila terdapat satu proyek yang independen maka NPV dan IRR akan selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut, namun apabila ada proyek-proyek yang murtually exclusive, NPV dan IRR tidak selalu memberikan rekomendai yang sama. Hal ini disebabkan oleh dua kondisi:
1.      Ukuran proyek berbeda, sala satu lebih besar daripada yang lain
2.      Perbedaan waktu. waktu dari aliran kas dari dua proyek berbeda, satu proyek aliran kasnya terjadi pada tahun-tahun awal sementara proyek lain aliran kasnya terjadi pada tahun-tahun akhir.
Intinya adalah unruk proyek yang mutually exclusive, maka pilihan yang tepat yaitu proyek dengan NPV tertinggi.

·      Payback Period
Menurut Husein Umar (2001; 197), Payback Period antara ain stau periode yang diperlukan unutk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial Cash Invesment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Menurut  Abdul Choliq (2004;59) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahalan resiko yang mungkin terjadi. Akan tetapi payback period ini telah mengabaikan nilai uang pada saat sekarang (preent value)
Kelemahan-kelemahan lain dari payback period adalah:
1.      Payback period digunakan untuk mengukur kembalinya dana dan tidak mengukur keuntungan proek pembangunan yang telah direncanakan
2.      Payback periode mengabaikan benefit yang diperoleh susdah dana investasi itu kembali
Perangkat untuk mengukur payback periods diantaranya dapat dibagi menjadi, (1) dengan net benefit kumulatif, (2) dengan menggunakan net benefit rata-rata tiap tahun.
Dalam menghitung jangka waktu pengembalian investasi maka digunakan peralatan analisis benefit dengan formula sebagai berikut;

Payback Periods:
Investasi
Net benefit rata-rata tiap tahun
Contoh kasus;
Sebuah rencana investasi membutuhkan dana sebesar Rp. 20.00. selama lima tahun yang akan datang proyek ini akan menghasilkan cash inflow sebesar Rp. 7.00 pada tahun pertama, Rp. 6.000 pada tahun kedua, Rp. 5.000 pada tahun ketiga, Rp. 4.000 pada tahun keempat dan Rp. 4000 pada tahun kelima.
Payback Period proyek teesebut adalah; 1,2, dan 3 proyek tersebut telah dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 18.000. ini berarti bahwa tersisa Rp. 20.000 – Rp. 8.000 = Rp. 2.000 lagi. Waktu yang diperlukan untuk memenuhi kekurangan tersebut adalah (Rp. 2.000/Rp. 8.000) x 12 Bulan = 3 Bulan. Berarti Payback Period untuk proyek ini adalah selama 3 tahun 3 bulan.

Kesimpulannya adalah; semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi terebut semakin menguntungkan. Atau dengan kata lain semakin kecil waktu Payback Period, proyek tersebut semakin baik.

Analisis Payback Period
Dua rencana investasi dalam bentuk proyek A dan B sama-sama memiliki Payback Period 2 tahun. Tetapi proyek A memiliki NPV (dengan discount rate 10%) = Rp. 806, sedangkan poryek B memliki NPV (dengan discount rate 10%) = -Rp. 530. Keputusan yang terbaik adalah memilih proyek A karena NPVnya positif. Keputusan yang diambil oleh manajemen ini dapat menyesatkan karena, berdasarkan analisis cash flow, proyek B pada tahun pertama telah dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 2.000, sedangkan proyek A belum menghasilkan apa-apa. Jadi kesimpulannyam kita harus menggunakan metode Payback Period secara hati-hati. Metode Payback Period hendaknya hanya digunakan sebagai pelengkap. Karena itu kita perlu menggunakan metode analisis investasi lainnya, seperti NPV, IRR, PI dan ARR.

·      Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini.Untuk menghitung Net Present Value (NPV) diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
 Rumus yang digunakan
Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)). yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:

·        
Dimana:
t                  : waktu arus kas
i                  : suku bunga diskonto yang digunakan
Rt-            : arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t

Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.

Arti perhitungan Net Present Value (NPV)
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusaninvestasi yang akan dilakukan.
Bila...
Berarti...
Maka...
NPV > 0
investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan
proyek bisa dijalankan
NPV < 0
investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
proyek ditolak
NPV = 0
investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan untung ataupun merugi
Kalau proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.


·      Internal Rate Of Return Penerapan Capital Budgeting Dalam Keuangan Pendidikan
Analisa biaya manfaat (Cost Benefit Analysys)
Mengukur biaya dan manfaat dalam hitungan ekonomi atau keuangan, hal ini diekspresikan dalam bentuk konsep ratio antara present value dari biaya dengan present value dan manfaat dimasa depan yang diharapkan (digunakan istilah Internal Rate Of Return On The Invesment). Tujuan dari setiap analsa cost-benefit ini adalah untuk membandingkan opportunity cost dari suatu project dengan benefit yang diharapkan, diukur dengan tambahan pendapatan yang akan terjadi dimasa depan sebagai hasil dari suatu investasi.
Perhitungan ini bisa mengevaluasi pendidikan sebagai investasi baik sebagai individu maupun untuk masyarakat. Kalkulasi private rate of return terhadap investasi pendidikan menunjukan sejauh mana keuntungan bagi individu bersangkutan atau untuk keluarganya dengan berinvestasi dalam pendidikan. Sedangkan social rate of return menyediakan yardstick dalam mengevaluasi pendidikan sebagai suatu investasi sosual. Keduanya melihat biaya pendidikan sebagai suatu investasi social. Keduanya melihat biaya pendidikan sebagai suatu opportunity cost.
private costs of education” terdiri dari pengeluaran untuk biaya sekolah, buku peralatan, travel dan pendapatan yang seharusnya di dapat bila tidak kuliah. sedangkan ”social cost” terdiri dari seluruh pengeluaran biaya kuliah, nilai bangunan & peralatan sekolah dan pendapatan yang didapatkan bila tidak kuliah.
Benefit ekonomi pendidikan diukur dari pendapatan tambahan sepanjang hidup seorang pekerja yang terdidik. Pendapatan orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda dapat dilihat dari usia kemampuan, latar belakang social. Walaupun sulit mengukur benefit langsung atau tidak dari pendidikan, setidak-tidaknya dapat diukur dengan rate of return to education, menggunakan discounted cash flow techniques dengan mengukur present value baik dari biaya yang dikeluarkan dan benefit yang akan dierima.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa:
a.       Rate of return to education dari sleuruh bentuk pendidikan bernlai positif di hampir seluruh Negara dan rate of return dari pendidikan dasar menengah lebih tinggi dari pada pendidikan tinggi.
b.      Secara konsisten, private rate of return lebih tinggi daripada social rate of return, mengindikasikan bahwa pendidikan lebih menguntungkan sebagai bentuk investasi untuk individu, daripada  untuk masyarakat secara keseluruhan
c.       Rate of return di Negara kurang berkembang cenderung lebih tinggu daripada Negara berkembang lainnya.
 


Langkah-langkah Capital Budgeting
1.      Biaya proyek harus ditentukan
2.      Manajemen harus memperkirakan aliran kas yang diharapkan dari proyek
3.      Risiko dari aliran kas proyek harus diesimasi (memaksimalkan distribusi probalitas aliran kas)
4.      Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of capital) yang tepat untuk mendiskon kas aliran proyek
5.      Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva
6.      Nilai sekrang dari aliran kas yang diharapkan dibandingakan dengan biayanya

Bentuk-Bentuk (Motiv-Motiv) Investasi
1.      Penggantian untuk kelanggengan usaha atau penurunan biaya
2.      Ekspansi atas prosuk atau pasar yang telah ada
3.      Ekspansi atas produk yang baru
4.      Proyek pengamanan dan/atau lingkungan.

Penilaian investasi dalam konteks capital budgeting akan menggunakan beberapa alat analisis baik bersifat sederhana hingga yang bersifat kompleks.sebeum menggunakan model-model tersebut. beberapa hal perlu dipahami antara lain konsep nilai waktu uang (time value of money), discount factor, compound factour.

Jenis Proyek Investasi
1.      Independence
2.      Mutually Exclusive

Pendekatan dalam pengambilan Keputusan
1.      Pendekatan Terima-Tolak. Digunakan jika sumber dana perusahaan tidak terbatas atau sebagai filter awal atas usulan investasi. Perusahaan menetapkan stansar minimum penerimaan usulan investasi.
2.      Pendekatan peringkat. Tepat digunakan unutk proyek mutually exclusive atau situasi Rasionalisasu Modal.



Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow atau proceeds adalah pendapatan setelah pajak (earning after tax/EAT) ditambah dengan penyusutan atau depresiasi aktiva tetap yang dapat dituliskan dalam samaan berikut ini.
Proceed= laba setelah pajak (EAT) + Penyusutan

Cash flow dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:
1.      Conventional Cas Flow
Pola aliran kas yang konvensional menunjukan suatu initial cash outflow yang diikuti dengan suatu seri cash flow secara berlanjut.
2.      Non Conventional Cas Flow
Dibandingkan dengan pola kas konvensional, pada pola non konvensional, investor akan mendapatkan beberapa kemungkinan pola aliran ka, baik yang bersifat cash inflow ataupun cash outflow. Misalnya dari serangkaian aliran kas, pada tahun tertentu terjadi pengeluran untuk perbaikan mesin, yang membutuhkan capital expenditure.
Pada pola aliran konvensional, setalah pengeluaran awal, investor akan mendapat suatu cash inflow, namun tidak ada aliran kas yang bersifat cash outflow.

Komponen Utama Aliran Kas
1.      Investasi awal
2.      Aliran kas masuk operasi
3.      Aliran kas terminal

Perbedaan pengertian keuntungan akuntansi dan cash flow (Aliran/Arus Kas)
Keuntungan akuntansi yang dimaksudkan disini adalah laporan bukuan laba bersih dari hasil operasi/non operasi seteah dikurangi pengeluaran pajak. Penilaian investasi berdasarkan pada aliran kas dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku semata. Untuk keperluan tersebut, kita perhitungkan pengeluaran yang bersifat tunai. Sbab, dalam perhitungan laba atas dasar pembukuan, kita telah mengurangkan pengeluaran-pengeluaran non tunai seperti penyusutan maupun amortisasi. Dengan demikian, kita harus benar-benar menghitung kembali berapa aliran uang tunai-baik yang masuk maupun yang keluar perusahaan yang dihasilkan/dibutuhkan untuk keperluan investasi tersebut.

Aliran kas untuk tujuan penganggaran modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan. Secara aljabar, definisi tersebut dapat diuraikan sebagai:

Aliran (Arus) Kas = ∆ EBIT – T (∆ EBIT) + ∆ Depresiasi
                               = (1 – T) ∆ EBIT + ∆ Depresiasi
                               = ∆ EAT + (1- T)  ∆ I + ∆ Depresiasi

Dengan
EBIT          : Earning Before Interest & Takes (Laba Sebelum Bunga & Pajak)
EBIT          : TR – TVC – TFC
EAT            : Earning After Tax (Laba Bersih setelah bunga & Pajak)
TR              : Total Revenue/Penjualan
TVC           : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
TFC            : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost); termasuk biaya depresiasi
T                 : Tingkat pajak yang berlaku bagi perusahaan
I                  : Perubahan Beban Bunga


Pada kasus investasi yang dibiayai seluruhnya oleh modal sendiri, atau dengan perkataan lain investasi tersebut tidak dibiayai oleh uang, maka formulasi di ats dapat dituliskan kembali menjadi:
Aliran Kas = ∆ EAT + Depresiasi
Karena dalam hal ini ∆I = 0
Setiap usulan pengeluaran modal (Capital Expenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas, yaitu:
1.      Aliran kas keluar netto (Net Cash Flow), yaitu aliran uang tunai yang dibutuhkan untuk investasi baru.
2.      Aliran kas masuk netto (Net Cash Inflow), yaitu aliran uang tunai masuk sebagai hasil dari investasi baru dan sering pula disebut net cash proceeds/proceeds.

Metode Payback Period
Payback Period atau periode pengambilan investasi adalah suatu periode aau jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi menggunakan aliran kas neto atau proceed. Seperti halnya motoe ARR, metode ini juga mengabaikan nilai dan waktu uang. Perhitungan dilakukan dengan cara menulis formula atau rumus.
Misalnya, investasi sebesar 50, sedangkan proceed selama 4 tahun masing-masing sebesar 20. Proceed tahun pertama belum mampu menutup investsai dan masih tersisa 30 (20-50), proceed tahun kedua juga belum mampu menutup investasi dan masih tersisa 10 (20-30). Proceed tahun ketiga sudah mampu menutupi investasi dan memiliki kelebihan 10 (20-30), karena kelebihan, jangka waktu pengembalian investasi adalah 2,5 tahu.
Layak tidaknya suatu investasi dilakukan dengan membandingkan periode waktu maksimun yang ditetapkan dengan hasil hitungan. Jika hasil perhitungan menunjukan jangka waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu maksimum yang ditetapkan, investasi dinyatakan layak. Sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukan jangka waktu yang lebih lama dari yang disyaratkan, investasi sebaiknya ditolak.

Metode Internal Rate of Run
Metode Internal Rate of Run (IRR) dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjdaikan jumlah nila sekrang dari proceed yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). Perhitungan secara manual dilakukan dengan metode trial and error atau dengan mencoba pada berbagai tingkat suku bunga dengan bantuan table NPV.

Metode Modified Internal Rate of Run
Metode Modified Internal Rate of Run (MIRR) merupakan modifikasi dari metode IRR. MIRR memperhitungkan tingkat biaya yang dipinjam untuk suatu investasi dan mengasumsikan menanam kembali uang yang dihasilkan. Asumsinya, transaksi terjadi di akhir peride dan pengembalian tingkat bunga ekivalen sepanjang periode tersebut.

Metode Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) merupakan salah satu metode perhitungan kelayakan investasi yang banyak digunakan karena mempertimbangkan nilai waktu uang. NPV menghitung selisih antara nilai investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih. Jika hasil perhitngan menunjukan angka positif, usulan investasi seaiknya ditolak. Penilaian kelayakan investasi dengan metode ini digunakan sebagai alat bantu dalam penilaian investasi dengan Metode Profitability Index.





Metode Profitability Index
Metode Profitability Index (PI) atau disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk dimasa mendatang dengan nilai investasi.

Perbandingan NPV dan IRR
Apabila terdapat satu proyek yang independen maka NPV dan IRR akan selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut, namun apabila ada proyek-proyek yang murtually exclusive, NPV dan IRR tidak selalu memberikan rekomendai yang sama. Hal ini disebabkan oleh dua kondisi:
1.      Ukuran proyek berbeda, sala satu lebih besar daripada yang lain
2.      Perbedaan waktu. waktu dari aliran kas dari dua proyek berbeda, satu proyek aliran kasnya terjadi pada tahun-tahun awal sementara proyek lain aliran kasnya terjadi pada tahun-tahun akhir.
Intinya adalah unruk proyek yang mutually exclusive, maka pilihan yang tepat yaitu proyek dengan NPV tertinggi.

·      Payback Period
Menurut Husein Umar (2001; 197), Payback Period antara ain stau periode yang diperlukan unutk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial Cash Invesment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Menurut  Abdul Choliq (2004;59) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahalan resiko yang mungkin terjadi. Akan tetapi payback period ini telah mengabaikan nilai uang pada saat sekarang (preent value)
Kelemahan-kelemahan lain dari payback period adalah:
1.      Payback period digunakan untuk mengukur kembalinya dana dan tidak mengukur keuntungan proek pembangunan yang telah direncanakan
2.      Payback periode mengabaikan benefit yang diperoleh susdah dana investasi itu kembali
Perangkat untuk mengukur payback periods diantaranya dapat dibagi menjadi, (1) dengan net benefit kumulatif, (2) dengan menggunakan net benefit rata-rata tiap tahun.
Dalam menghitung jangka waktu pengembalian investasi maka digunakan peralatan analisis benefit dengan formula sebagai berikut;

Payback Periods:
Investasi
Net benefit rata-rata tiap tahun
Contoh kasus;
Sebuah rencana investasi membutuhkan dana sebesar Rp. 20.00. selama lima tahun yang akan datang proyek ini akan menghasilkan cash inflow sebesar Rp. 7.00 pada tahun pertama, Rp. 6.000 pada tahun kedua, Rp. 5.000 pada tahun ketiga, Rp. 4.000 pada tahun keempat dan Rp. 4000 pada tahun kelima.
Payback Period proyek teesebut adalah; 1,2, dan 3 proyek tersebut telah dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 18.000. ini berarti bahwa tersisa Rp. 20.000 – Rp. 8.000 = Rp. 2.000 lagi. Waktu yang diperlukan untuk memenuhi kekurangan tersebut adalah (Rp. 2.000/Rp. 8.000) x 12 Bulan = 3 Bulan. Berarti Payback Period untuk proyek ini adalah selama 3 tahun 3 bulan.

Kesimpulannya adalah; semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi terebut semakin menguntungkan. Atau dengan kata lain semakin kecil waktu Payback Period, proyek tersebut semakin baik.

Analisis Payback Period
Dua rencana investasi dalam bentuk proyek A dan B sama-sama memiliki Payback Period 2 tahun. Tetapi proyek A memiliki NPV (dengan discount rate 10%) = Rp. 806, sedangkan poryek B memliki NPV (dengan discount rate 10%) = -Rp. 530. Keputusan yang terbaik adalah memilih proyek A karena NPVnya positif. Keputusan yang diambil oleh manajemen ini dapat menyesatkan karena, berdasarkan analisis cash flow, proyek B pada tahun pertama telah dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 2.000, sedangkan proyek A belum menghasilkan apa-apa. Jadi kesimpulannyam kita harus menggunakan metode Payback Period secara hati-hati. Metode Payback Period hendaknya hanya digunakan sebagai pelengkap. Karena itu kita perlu menggunakan metode analisis investasi lainnya, seperti NPV, IRR, PI dan ARR.

·      Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini.Untuk menghitung Net Present Value (NPV) diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.





Rumus yang digunakan
Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)). yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:

·        
Dimana:
t                  : waktu arus kas
i                  : suku bunga diskonto yang digunakan
 -            : arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t

Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.

Arti perhitungan Net Present Value (NPV)
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusaninvestasi yang akan dilakukan.
Bila...
Berarti...
Maka...
NPV > 0
investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan
proyek bisa dijalankan
NPV < 0
investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
proyek ditolak
NPV = 0
investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan untung ataupun merugi
Kalau proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.


·      Internal Rate Of Return Penerapan Capital Budgeting Dalam Keuangan Pendidikan
Analisa biaya manfaat (Cost Benefit Analysys)
Mengukur biaya dan manfaat dalam hitungan ekonomi atau keuangan, hal ini diekspresikan dalam bentuk konsep ratio antara present value dari biaya dengan present value dan manfaat dimasa depan yang diharapkan (digunakan istilah Internal Rate Of Return On The Invesment). Tujuan dari setiap analsa cost-benefit ini adalah untuk membandingkan opportunity cost dari suatu project dengan benefit yang diharapkan, diukur dengan tambahan pendapatan yang akan terjadi dimasa depan sebagai hasil dari suatu investasi.
Perhitungan ini bisa mengevaluasi pendidikan sebagai investasi baik sebagai individu maupun untuk masyarakat. Kalkulasi private rate of return terhadap investasi pendidikan menunjukan sejauh mana keuntungan bagi individu bersangkutan atau untuk keluarganya dengan berinvestasi dalam pendidikan. Sedangkan social rate of return menyediakan yardstick dalam mengevaluasi pendidikan sebagai suatu investasi sosual. Keduanya melihat biaya pendidikan sebagai suatu investasi social. Keduanya melihat biaya pendidikan sebagai suatu opportunity cost.
private costs of education” terdiri dari pengeluaran untuk biaya sekolah, buku peralatan, travel dan pendapatan yang seharusnya di dapat bila tidak kuliah. sedangkan ”social cost” terdiri dari seluruh pengeluaran biaya kuliah, nilai bangunan & peralatan sekolah dan pendapatan yang didapatkan bila tidak kuliah.
Benefit ekonomi pendidikan diukur dari pendapatan tambahan sepanjang hidup seorang pekerja yang terdidik. Pendapatan orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda dapat dilihat dari usia kemampuan, latar belakang social. Walaupun sulit mengukur benefit langsung atau tidak dari pendidikan, setidak-tidaknya dapat diukur dengan rate of return to education, menggunakan discounted cash flow techniques dengan mengukur present value baik dari biaya yang dikeluarkan dan benefit yang akan dierima.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa:
a.       Rate of return to education dari sleuruh bentuk pendidikan bernlai positif di hampir seluruh Negara dan rate of return dari pendidikan dasar menengah lebih tinggi dari pada pendidikan tinggi.
b.      Secara konsisten, private rate of return lebih tinggi daripada social rate of return, mengindikasikan bahwa pendidikan lebih menguntungkan sebagai bentuk investasi untuk individu, daripada  untuk masyarakat secara keseluruhan
c.       Rate of return di Negara kurang berkembang cenderung lebih tinggu daripada Negara berkembang lainnya.