Jumat, 05 Desember 2014

Penjualan Jasa Pendidikan

Pengertian Harga Pokok Penjualan
Kegiatan perusahaan dagang adalah menjual barang-barang yang sebelumnya dibeli. Nilai penjualan yang diterima dicatat sebagai Penjualan, sedangkan nilai beli yang dikeluarkan untuk barang yang dijual dicatat sebagai Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold).

Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan salah satu unsur atau elemen dari laporan laba-rugi suatu perusahaan dagang yang menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau riset dan pengembangan.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan, hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah unsur-unsur yang membentuk HPP. Unsur-unsur yang membentuk Harga Pokok Penjualan antara lain persediaan awal, persediaan ahir, dan pembelian bersih barang dagangan.
Secara lebih detail tentang unsur-unsur tersebut simaklah pembahasan berikut ini:
a.    Persediaan awal Barang dagangan (initial inventory)
Persediaan awal barang dagangan merupakan persediaan barang dagangan yang tersedia pada awal suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan atau laporan neraca tahun sebelumnya.
b.    Persediaan ahir barang dagangan (end inventory)
Persediaan ahir barang dagangan merupakan persediaan barang-barang pada ahir suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan ahir perusahaan akan diketahui dari data penyesuaian perusahaan pada ahir periode.
c.    Pembelian bersih
Pembelian bersih merupakan seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukan perusahaan baik pembelian barang dagangan secara tunai maupun pembelian barang dagangan secara kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian tersebut serta dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian yang terjadi.
In the income statement presentation, the cost of goods sold is subtracted from revenues to arrive at the gross margin of a business.
(Dalam presentasi laporan laba rugi, harga pokok penjualan dikurangi dari pendapatan untuk sampai pada marjin kotor dari bisnis.)
In a periodic inventory system, the cost of goods sold is calculated as beginning inventory + purchases - ending inventory. The assumption is that the result, which represents costs no longer located in the warehouse, must be related to goods that were sold. Actually, this cost derivation also includes inventory that was scrapped, or declared obsolete and removed from stock, or inventory that was stolen. Thus, the calculation tends to assign too many expenses to goods that were sold, and which were actually costs that relate more to the current period.
(Dalam sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan dihitung sebagai persediaan awal + pembelian - persediaan akhir. Asumsinya adalah bahwa hasil, yang mewakili biaya tidak lagi terletak di gudang, harus terkait dengan barang yang dijual. Sebenarnya, biaya derivasi ini juga mencakup persediaan yang dibatalkan, atau dianggap usang dan dihapus dari saham, atau persediaan yang dicuri. Dengan demikian, perhitungan cenderung menetapkan terlalu banyak biaya untuk barang yang dijual, dan yang benar-benar biaya yang lebih berhubungan dengan periode berjalan.)
In a perpetual inventory system, the cost of goods sold is continually compiled over time as goods are sold to customers. This approach involves the recordation of a large number of separate transactions, such as for sales, scrap, obsolescence, and so forth. If cycle counting is used to maintain high levels of record accuracy, this approach tends to yield a higher degree of accuracy than a cost of goods sold calculation under the periodic inventory system.
(Dalam sistem persediaan perpetual, harga pokok penjualan terus disusun dari waktu ke waktu sebagai barang yang dijual kepada pelanggan. Pendekatan ini melibatkan pencatatan dari sejumlah besar transaksi yang terpisah, seperti untuk penjualan, memo, usang, dan sebagainya. Jika perhitungan siklus digunakan untuk mempertahankan tingkat akurasi yang tinggi catatan, pendekatan ini cenderung menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perhitungan di bawah sistem persediaan periodic)
The cost of goods sold can also be impacted by the type of costing methodology used to derive the cost of ending inventory. Consider the impact of the following two inventory costing methods:
(Harga pokok penjualan juga dapat dipengaruhi oleh jenis biaya metodologi yang digunakan untuk menurunkan biaya persediaan akhir. Mempertimbangkan dampak dari dua metode persediaan biaya berikut)
First in, first out method. Under this method, known as FIFO, the first unit added to inventory is assumed to be the first one used. Thus, in an inflationary environment where prices are increasing, this tends to result in lower-cost goods being charged to the cost of goods sold.
(Pertama, keluar pertama metode. Dengan metode ini, dikenal sebagai FIFO, unit pertama yang ditambahkan ke persediaan diasumsikan menjadi yang pertama digunakan. Dengan demikian, dalam lingkungan inflasi di mana harga meningkat, ini cenderung menghasilkan barang dengan biaya lebih rendah yang dibebankan ke harga pokok penjualan)
Last in, first out method. Under this method, known as LIFO, the last unit added to inventory is assumed to be the first one used. Thus, in an inflationary environment where prices are increasing, this tends to result in higher-cost goods being charged to the cost of goods sold.
(Terakhir, keluar pertama metode. Dengan metode ini, dikenal sebagai LIFO, unit terakhir ditambah persediaan diasumsikan menjadi yang pertama digunakan. Dengan demikian, dalam lingkungan inflasi di mana harga meningkat, ini cenderung menghasilkan barang-biaya yang lebih tinggi yang dibebankan pada harga pokok penjualan.)
The cost of goods sold can be fraudulently altered by a number of means in order to change reported profit levels, such as:
·         Altering the bill of materials and/or labor routing records in a standard costing system
·         Incorrectly counting the quantity of inventory on hand
·         Performing an incorrect period-end cutoff
·         Allocating more overhead than actually exists to inventory
(Harga pokok penjualan dapat curang diubah oleh sejumlah sarana untuk mengubah tingkat keuntungan yang dilaporkan, seperti:
·         Mengubah bill of material dan / atau catatan routing yang kerja dalam sistem biaya standar
·         Salah menghitung jumlah persediaan di tangan
·         Melakukan salah akhir periode cutoff
·         Mengalokasikan lebih overhead daripada benar-benar ada untuk persediaan)


Ø  Rumus Perhitungan Harga pokok penjualan
Persediaan barang dagang pada awal periode
+
Pembelian bersih selama periode
=
Persediaan barang dagang pada akhir periode
=
Harga Pokok Penjualan


 
 







atau
Harga Pokok Penjualan :
Barang tersedia untuk di jual (BTUD) – Persediaan akhir
 
 




Keterangan:
·         BTUD                       = Persediaan barang dagangan awal + Pembelian bersih
·         Pembelian bersih     = (Pembelian + biaya angkut pembelian ) –
                                    (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)





Apabila ditampakan dalam bentuk bagan akan terlihat sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal barang dagang                                                               Rp xxxx
Pembelian                                            Rp. xxxx
Beban Angkut Pembelian                    Rp. xxxx    +
Jumlah                                                                         Rp. xxxx
Retur Pembelian                                  Rp. xxxx
Potongan Pembelian                           Rp. xxxx     +
Jumlah                                                                         Rp. xxxx    -
Jumlah pembelian bersih                                                                           Rp. xxxx    +
Barang tersedia untuk di jual (BTUD)                                                        Rp. xxxx
Persediaan akhir barang dagang                                                              Rp. xxxx    -
Harga Pokok Penjualan                                                                             Rp. xxxx

Note  :
Rumus HPP diatas bersifat fleksibel, maksudnya apabila dalam perusahaan Unsur-unsur HPP tidak lengkap seperti pada Rumus, misalnya tidak terdapat retur pembelian, atau tidak terdapat potongan pembelian atau tidak terdapat biaya angkut pembelian dan sebaginya, maka perhitungan HPP tetap dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan unsur tersebut dalam perhitungan.
Contoh perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) :
Dalam neraca saldo sebagian perusahaan Ceria terdapat data seperti nampak dibawah ini

PD. CERIA
Neraca Saldo Sebagian
Per 17 November 2013
No. Akun
Nama Akun
Debit
Kredit
115
Persediaan barang dagang
Rp. 7.500.000

511
Pembelian
Rp. 24. 950.000

512
Potongan Pembelian

Rp. 276.000
513
Retur Pembelian

Rp. 1.350.000

Dari data tersebut terlihat saldo unsur-unsur HPP yaitu Persediaan awal pada neraca saldo sebagian dan persediaan ahir pada data penyesuaian, serta elemen pembelian bersih pada neraca saldo sebagian seperti pembelian, retur pembelian dan potongan pembelian. Meskipun dalam data tersebut tidak terdapat biaya angkut pembelian, namun proses perhitungan HPP dapat dilakukan sebgai mana mestinya. Berikut ini proses perhitungannya:
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Barang tersedia untuk di jual (BTUD) – Persediaan akhir
 
 


Hpp = {(Persediaan awal)+(pembelian bersih)- (Persediaan ahir)}
HPP = {(Persediaan awal) + (Pembelian - retur pembelian - potongan pembelian)-
            (Persediaan ahir)}
HPP = {(7.500.000) + (24.950.000 - 276.000- 1.350.000) - (7.900.000)}
HPP = {7.500.000 + 23.324.000 - 7.900.000}
HPP = Rp 22.924.000.

A.   Proyeksi Penjualan
Apa itu Proyeksi Penjualan?
·         Proyeksi penjualan dilakukan berdasarkan data dan fakta, baik dari bisnis kita maupun dari kondisi global lainnya
·         Proyeksi atau perkiraan jumlah penjualan produk pada masa yang akan datang merupakan bagian kegiatan menyusun rencana penjualan.
·         Penyusunan rencana penjualan pada tahun mendatang disebut sales forecasting sedangkan jumlah penjualan produk yang direncanakan disebut sales forecast
·         Proyeksi jumlah penjualan merupakan tumpuan rencana strategis. Proyeksi penjualan merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai kegiatan manajemen.
·         Proyeksi penjualan merupakan bahan masukan untuk menyusun jadwal produksi dan proyeksi penjualan digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk mengevaluasi jumlah, sarana produksi, anggaran penjualan dan kualifikasi tim penjualan apakah sudah cukup memadai.

Prosedur penyusunan jumlah proyeksi jumlah penjualan menurut Douglas J. Dalrymple, adalah:
·         Memperkirakan potensi permintaan pasar (estimating market potential).
·         Memilih metode proyeksi yang akan dipergunakan (selecting forecasting methods).
·         Menyusun proyeksi jumlah penjualan (set up sales forecast)

Ø  Pertimbangan proyeksi penjualan
Membuat proyeksi penjualan tidak luput dari beberapa pertimbangan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam membuat proyeksi penjualan, yaitu:
a.    Faktor Internal, yaitu:
1.    Modal yang harus dimiliki,
2.    Kapasitas produksi,
3.    Kemungkinan investasi,
4.    Sumber daya manusia dll.

b.    Faktor eksternal, yaitu:
1.    Keadaan pasar,
2.    Posisi perusahaan dalam pasar tersebut,
3.    Persaingan,
4.    Tingkat pertumbuhan penduduk,
5.    Kebiasaaan di masyarakat dl
Sumber data utama untuk menyusun proyeksi penjualan, yaitu:
·         Sumber data internal perusahaan, meliputi: data jumlah penjualan masa lampau, data jumlah penjualan tiap daerah pemasaran, data jumlah penjualan bulanan atau tahunan, data jumlah penjualan tiap kelompok jalur distribusi, data jumlah penjualan bahan baku dan barang jadi, dan strategi pemasaran di masa yang akan datang.
·         Sumber data eksternal perusahaan, meliputi semua faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Dalam proyeksi penjualan terdapat strategi penjualan yang berbeda dari strategi pemasaran, penjualan merupakan rangkaian penutup dari kegiatan pemasaran. Strategi penjualan meliputi:
1.    Closing prospek.
2.    Penggajian tenaga penjualan
3.    Optimalisasi proses pemesanan
4.    Strategi harga, pengiriman dan kondisi lainnya
5.    Bagaimana menjual pada segmen pasar tertentu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar